Sabtu, 22 Juni 2013

PERAN keluarga berencana

Untuk membangun bangsa yang mandiri, aspek kependudukan memiliki peran yang sangat strategis. Bangsa ini dikatakan mandiri jika sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kebutuhan dan kemakmuran rakyat. Untuk mencapai itu semua diperlukan sebuah komitmen dalam mengatur jumlah penduduk. Penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta orang dan diproyeksikan menjadi 247,5 juta orang tahun 2015. Tahun 2025 naik lagi menjadi 273 juta orang dan meningkat menjadi 308 juta tahun 2050. Sementara itu konversi lahan di Indonesia terjadi sangat cepat dari persawahan menjadi pemukiman dan lain sebagainya akibat tingginya jumlah pertumbuhan penduduk (Singgih B Setiawan, “Awas, Ledakan Penduduk Mengancam!”, Suara Karya, 7/12/2013). Sementara berdasarkan data penduduk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperkirakan penduduk dunia pada tahun 2050 berjumlah 9,6 miliar jiwa atau meningkat 3,5 miliar jiwa dari 6,1 miliar jiwa pada tahun 2000. Sedangkan penduduk Indonesia bertambah sebesar 98 juta jiwa dari 206,2 juta jiwa tahun 2000 menjadi 303,8 juta jiwa pada tahun 2050. Jika kita melihat fakta jumlah penduduk di republik ini terus mengalami peningkatan yang drastis. Jika ledakan penduduk ini tidak segera diatasi, maka akan berdampak terhadap kehidupan sosial terutama meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran. Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga September 2012 mengumumkan, jumlah penduduk miskin mencapai 29,13 juta orang. Sementara jumlah penggangguran di Indonesia masih terbilang sangat besar. Pada periode Agustus 2012 saja angka pengangguran mencapai 7,2 juta orang, lulusan SMA dan SMK paling banyak menyumbang angka pengangguran. Selain berdampak pada kemiskinan dan pengangguran, pada akhirnya ledakan penduduk akan berimbas pula pada kualitas pendidikan dan indeks pembangunan manusia. United Nations Development Program (UNDP), menyebutkan IPM Indonesia tahun 2011 berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,617. Peringkat ini turun dari peringkat 108 pada tahun 2010. Di kawasan ASEAN, Indonesia hanya unggul dari Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, Laos dengan nilai IPM 0,524, Kamboja dengan nilai IPM 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483. Dari data tersebut sudah sangat jelas hubungan antara pendidikan dengan kemiskinan. Karena secara langsung, pendidikan dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai kemampuan untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi sehingga mempunyai peluang rendah untuk menjadi miskin. Sedangkan penduduk yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan akan terus berada dalam lingkaran kemiskinan Optimalisasi Peran KB Sebagaimana dijelaskan di atas, pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan berdampak pada kemiskinan dan pengangguran. Karenanya, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait lainnya secara bersama-sama menanggulangi ledakan penduduk sekaligus memberikan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perencanaan keluarga agar kualitas hidupnya lebih baik. Di sinilah kehadiran KB menjadi kebutuhan yang sangat mendesak ketika ancaman ledakan penduduk menimpa bangsa ini. Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Sebuah Pengantar (2010) mengatakan, bahwa masalah angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program keluarga berencana yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi. Dengan demikian, program KB menjadi pilihan yang sangat tepat guna membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan menunda masa perkawinan dini agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan untuk mengimbangi ledakan jumlah penduduk adalah penambahan dan penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan, mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi, dan meningkatkan produksi. Penulis sangat yakin dengan beberapa cara tersebut ancaman ledakan jumlah penduduk bisa diminimalisir sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang otomatis kesempatan dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan benar-benar dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan pada gilirannya kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini akan terwujud. Tentang penulis: Herman, Wartawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar